Eksistensi bangsa sangat ditentukan dengan karakter yang dimilikinya. Bangsa yang memiliki karakter yang kuatlah yang akan disegani oleh bangsa lain. Karakter itu pula yang akan menjadi pembeda atau ciri khas bagi bangsa tersebut. Pasca Reformasi 98, keinginan membangun karakter budaya bangsa terus dikobarkan. Keinginan untuk menjadi bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme terus didengung-dengungkan. Budaya toleran dan menghargai perbedaan juga menjadi harapan. Namun, kenyataan justru menunjukkan fenomena yang lain.
Konflik horizontal maupun vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-mana. Seakan begitu mudahnya bangsa ini terkoyak dengan isu berbau SARA (Suku, agama, ras dan antar golongan). Meski hanya sekedar isu, tak jarang berujung dengan perang batu.
Mengentalnya semangat kedaerahan dan primoridialsme mengancam integrasi bangsa. Demokrasi yang penuh etika yang didambakan banyak orang, berubah menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme. Semangat sosial dan politik yang tercantum dalam Pancasila semakin memudar. Politik praktis menjadi pilihan yang sangat strategis, meski harus mengorbankan rakyat yang menangis. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diamanatkan oleh para pendiri bangsa semakin tidak nampak. Fenomena ini menunjukkan bahwa nilai-nilai luhur bangsa mulai luntur. Tentu, kita tidak boleh pesimis dengan kondisi tersebut. Kita masih bisa berharap. Berharap pada generasi baru bangsa. Generasi yang mampu menunjukkan karakter dan jati diri bangsa sebagaimana amanat Pancasila.
Daftar Isi:
JENDELA| Mukodi
Berguru Pendidikan Karakter dari Pesantren. h. 5
INSPIRASI | Agus Wibowo
Pendidikan karakter sebuah pilihan! h.12
GAGASAN | Sofyan Mahfudy
Matematika dan Pembentukan Karakter Bangsa h.16
GAGASAN | Ari Iswanto
Membentuk Karakter Anak melalui Sepak Bola h. 23
KOLOM | Afid Burhanuddin
Menumbuhkan Karakter Siswa melalui Pendidikan Anti Korupsi. h. 28
INSPIRASI | Tatang M. Amirin
Rekonstruksi Konsep Karakter dan Akhlak. h. 34
GAGASAN | M. Fashihullisan
Kontekstualisasi Pendidikan Karakter. h. 42
KAJI BUKU | Iisrohli Irawati
Menegakkan Pilar Pendidikan Karakter. h.48
KENAL PUSTAKA
Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. h.50
CERPEN | Arif Mustofa
Lantai Rumah Bapak Mertua. h. 52
PUISI | Nery R. Wigati. h. 58
SENYUM | Wira Dimuksa. h. 59
Selamat membaca!